BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam
peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti
sejarah peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan
masa pemerintahan ummat Islam yang memperoleh masa kejayaan yang
gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan yang diperoleh Bani Abbasiyah,
baik itu dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan. Hal inilah
yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat
Islam bahwa peradaban ummat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan
yang melampaui kesuksesan negara-negara Eropa. Dengan kita mengetahui
bahwa dahulu peradaban ummat Islam itu diakui oleh seluruh dunia, maka
akan memotifasi sekaligus menjadi ilmu pengetahuan kita mengenai sejarah
peradaban ummat Islam sehingga kita akan mencoba untuk mengulangi masa
keemasan itu kembali nantinya oleh generasi ummat Islam saat ini.
B. RUMUSAN MASALAH
- Bagaimana sejarah berdirinya Bani Abbasiyah ?
- Seperti apa masa kekuasaan Bani Abbasiyah ?
- Apa saja yang diperoleh pada masa kejayaan Bani Abbasiyah ?
- Apa faktor-faktor yang menyebabkan kemunduran Bani Abbasiyah ?
- Bagaimana akhir masa kekuasaan Bani Abbasiyah ?
BAB II
ISI
Peradaban Islam pada masa Dinasti Bani Abbasiyah
A. Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah
Dinasti
Abbasiyah didirikan pada tahun 132 H/750 M oleh Abul Abbas Ash-shaffah,
dan sekaligus sebagai khalifah pertama. Kekuasaan Bani Abbas melewati
rentang waktu yang sangat panjang, yaitu lima abad dimulai dari tahun
132-656 H/750-1258 M. Berdirinya pemerintahan ini dianggap sebagai
kemenangan pemikiran yang pernah dikumandangkan oleh bani Hasyim
(alawiyun ) setelah meninggalnya Rasulullah dengan mengatakan bahwa yang
berhak berkuasa adalah keturunan Rasulullah dan anak-anaknya.
Kelahiran
bani Abbasiyah erat kaitannya dengan gerakan oposisi yang di lancarkan
oleh golongan syi'ah terhadap pemerintahan Bani Umayyah. Golongan
Syi'ah selama pemerintahan Bani Umayyah merasa tertekan dan
tersingkir karena kebijakan-kebijakan yang di ambil pemerintah. Hal ini
bergejolak sejak pembunuhan terhadap Husein Bin Ali dan pengikutnya di
Karbela.
Gerakan
oposisi terhadap Bani Umayyah dikalangan orang syi'ah dipimpin oleh
Muhammad Bin Ali, ia telah di bai'ah oleh orang-orang syi'ah sebagai
imam. Tujuan utama dari perjuangan Muhammad Bin Ali untuk merebut
kekuasaan dan jabatan khalifah dari tangan Bani Umayyah, karena menurut
keyakinan orang syi'ah keturunan Bani Umayyah tidak berhak menjadi imam
atau khalifah, yang berhak adalah keturunan dari Ali Bin Abi Thalib,
sedangkan bani umayyah bukan berasal dari keturunan Ali Bin Abi Thalib.
Pada awalnya golongan ini memakai nama Bani Hasyim, belum menonjolkan
nama Syi'ah atau Bani Abbas, tujuannya adalah untuk mencari
dukungnan masyarakat. Bani Hasyim yang tergabung dalam gerakan ini
adalah keturunan Ali Bin Abi Thalib dan Abbas Bin Abdul Muthalib.
Keturunan ini bekerjasama untuk menghancurkan Bani Umayyah.
Strategi yang digunakan untuk menggulingkan Bani Umayyah ada dua tahap :
Gerakan secara rahasia
Propoganda
Abbasiyah dilaksakan dengan strategi yang cukup matang sebagai gerakan
rahasia, akan tetapi Imam Ibrahim pemimpin abbasiyah yang berkeinginan
mendirikan kekuasaan Abbasiyah, gerakannya diketahui oleh khalifah
Umayyah terakhir, Marwan bin
Muhammad.
Ibrahim akhirnya tertangkap oleh pasukan dinasti umayyah dan
dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya di eksekusi. Ia mewasiatkan
kepada adiknya Abul Abbas untuk
menggantikan kedudukannya ketika ia telah mengetahui bahwa ia akan di eksekusi dan memerintahkan untuk pindah ke kuffah.
Tahap terang-terangan dan terbuka secara umum
Tahap
ini dimulai setelah terungkap surat rahasia Ibrahim bin Muhammad yang
ditujukan kepada Abu Musa Al-Khurasani Agar membunuh setiap orang yang
berbahasa Arab di Khurasan. Setelah khalifah Marwan bin Muhammad
mengetahi isi surat rahasia tersebut ia menangkap Ibrahim bin Muhammad
dan membunuhnya. Setelah itu pimpinan gerakan oposisi dipegang oleh Abul
Abbas Abdullah bin Muhammad as-saffah, saudara Ibrahim bin Muhammad.
Abul
Abbas sangat beruntung, karena pada masanya pemerintahan Marwan bin
Muhammad telah mulai lemah dan sebaliknya gerakan oposisi semakin
mendapat dukungan dari rakyat dan bertambah luas pengaruhnya. Keadaan
ini tambah mendorong semangat Abul Abbas untuk menggulingkan khalifah
Marwan bin Muhammad dari jabatannya. Untuk maksud tersebut Abul Abbas
mengutus pamannya Abdullah bin Ali untuk menumpas pasukan Marwan bin
Muhammad. Pertempuran terjadi antara pasukan yang dipimpin oleh khalifah
Marwan bin Muhammad dengan pasukan Abdullah bin Ali di tepi sungai
Al-Zab Al-Shagirdi, Iran. Marwan bin Muhammad terdesak dan melarikan
diri ke Mosul, kemudian ke palestina, Yordania dan terakhir di Mesir.
Abdullah bin Ali terus mengejar pasukan Marwan bin Muhammad sampai ke
Mesir dan akhirnya terjadi pertempuran disana. Marwan bin Muhammad pun
akhirnya tewas karena pasukannya sudah sangat lemah yaitu pada tanggal
27 Zulhijjah 132 H/750 M. Pada tahun 132 H/ 750 M Abul Abbas Abdullah
bin Muhammad diangkat dan di bai'ah menjadi khalifah , dalam pidato
pembiatan tersebut , ia antara lain mengatakan "saya berharap semoga
pemerintahan kami ( Bani Abbas ) akan mendatangkan kebaikan dan
kedamaian pada kalian. Wahai penduduk koufah, bukan intimidasi,
kezaliman, malapetaka dan sebagainya. Keberhasilan kami beserta ahlul Bait adalah
berkat pertolongan Allah SWT. Hai penduduk koufah, kalian adalah
tumpuan kasih sayang kami, kalian tidak pernah berubah dalam pandangan
kami, walaupun penguasa yang zalim ( Bani Umayyah ) telah menekan dan
menganiaya kalian. Kalian telah dipertemukan oleh Allah dengan Bani
Abbas, maka jadilah kalian orang-orang yang berbahagia dan yang paling
kami muliakan..... ketahuilah, hai penduduk koufah, saya adalah al-saffah". Setelah
Abul Abbas resmi menjadi khalifah ia tidak lagi mengambil Damaskus
sebagai pusat pemerintahan tetapi ia memilih Koufah sebagai pusat
pemerintahannya, dengan beberapa pertimbangan sebagai berikut:
1) Para pendukung Bani Umayyah masih banyak yang tinggal di Damaskus
2) Kota Koufah jauh dari Persia, walaupun orang-orang Persia merupakan tulang punggung Bani Abbas dalam menggulingkan Bani Umayyah
3) Kota
Damaskus terlalu dekat dengan wilayah kerajaan Bizantium yang merupakan
ancaman bagi pemerintahannnya, akan tetapi pada masa pemerintahan
khalifah Al-Mansur (754-775 M ) dibangun kota Baghdad sebagai ibu kota
Dinasti Bani Abbas yang baru.
B. Masa kekuasaan Bani Abbasiyah
Selama
dinasti Bani Abbasiyah berdiri pola pemerintahan yang diterapkan
berbeda-beda sesuai dengan perubahan politik, sosial, dan budaya.
Berdasarkan pola pemerinthan itu, para sejarawan biasanya membagi
kekuasaan Bani Abbasiyah pada empat periode :
Masa
Abbasiyah I, yaitu semenjak lahirnya dinasti Abbasiyah tahun 132 H/750 M
sampai meninggalnya khalifah Al-Watsiq 232 H/847 M.
Masa
Abbasiayah II, yaitu mulai khalifah Al-Mutawakkil pada tahun 232 H/847 M
sampai berdirinya Daulah Buwaihiyah di Baghdad tahun 334 H/946 M.
Masa
Abbasiyah III, yaitu dari berdirinya Daulah Buwaihiyah tahun 334 H/946 M
sampai masuknya kaum Saljuk ke Baghdad Tahun 447 H/1055 M
Masa
Abbasiyah IV, yaitu masuknya kaum saljuk di Baghdad tahun 447 H/1055 M
sampai jatuhnya Baghdad ketangan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu
Khan pada tahun 656 H/1258 M.
1) Masa Abbasiyah I ( 132 H/750 M-232 H/847 M )
Masa
ini diawali sejak Abul Abbas menjadi khalifah dan berlangsung selama
satu abad hingga meninggalnya khalifah Al-Watsiq. Periode ini dianggap
sebagai zaman keemasan Bani Abbasiyah. Hal ini disebabkan karena
keberhasilannya memperluas wilayah kekuasaan.
Wilayah
kekuasaannya membentang dari laut Atlantik hingga sungai Indus dan dari
laut Kaspia hingga ke sungai Nil. Pada masa ini ada sepuluh orang
khalifah yang cukup berprestasi dalam penyebaran Islam mereka adalah
khalifah Abul Abbas ash-shaffah(750-754 M), Al-Mansyur ( 754-775 M),
Al-Mahdi (775-785 M), Al-Hadi (785-786 M), Harun Al-Rasyid (786-809 M),
Al-Amin (809 M), Al-Ma'mun (813-833 M), Ibrahim (817 M), Al-Mu'tasim
(833-842 M), dan Al-Wasiq (842-847 M).
2) Masa Abbasiyah II ( 232 H/847 M-334 H/946 M)
Periode
ini diawali dengan meninggalnya khalifah Al-Wasiq dan berakhir ketika
keluarga Buwaihiyah bangkit memerintah. Sepeninggal Al-Wasiq,
Al-Mutawakkil naik tahta menjadi khalifah, masa ini ditandai dengan
bangkitnya pengaruh Turki.
Setelah
Al-Mutawakkil meninggal dunia, para jendral yang berasal dari Turki
berhasil mengontrol pemerintahan. Ada empat khalifah yang dianggap hanya
sebagai simbol pemerintahan dari pada pemerintahan yang efektif,
keempat pemerintahan itu adalah Al-Muntasir (861-862 M ), Al-Musta'in
(862-866 M), Al-Mu'taz (866-896 M), dan Al-Muhtadi (869-870 M). Masa
pemerintahan ini dinamakan masa disintegrasi, dan akhirnya menjalar
keseluruh wilayah sehinngga banyak wilayah yang memisahkan diri dari
wilayah Bani Abbas dan menjadi wilayah merdeka seperti Spanyol, Persia,
dan Afrika Utara.
3) Masa Abbasiyah III (334 H/946 M -447 H/1055 M)
Masa
ini ditandai dengan berdirinya Dinasti Buwaihiyah, yaitu Pada masa ini
jatuhnya Khalifah Al-Muktafi (946 M) sampai dengan khalifah Al-Qaim
(1075 M). Kekuasaaan Buwaihiyah sampai ke Iraq dan Persia barat,
sementara itu Persia timur, Transoxania, dan Afganistan yang semula
dibawah kekuasaan Dinasti Samaniah beralih kepada Dinasti Gaznawi.
Kemudian sejak tahun 869 M, dinasti Fatimiyah berdiri di Mesir.
Kekhalifahan
Baghdad jatuh sepenuhnya pada suku bangsa Turki. Untuk keselamatan,
khalifah meminta bantuan kepada Bani Buwaihiyah. Dinasti Buwaihiyah
cukup kuat dan berkuasa karena mereka masih menguasai Baghdad yang
merupakan pusat dunia islam dan menjadi kediaman Khalifah
Pada
akhir Abad kesepuluh, kedaulaulatan Bani Abbasiyah telah begitu lemah
hingga tidak memiliki kekuasaan diluar kota Baghdad. Kekuasaan Bani
Abbasiyah berhasil dipecah menjadi dinasti Buwaihiyah di Persia
(932-1055 M), dinasti Samaniyah di Khurasan (874-965 M), dinasti
Hamdaniayah di Suriah (924-1003 M), dinasti Umayyah di Spanyol (756-1030
M), dinasti Fatimiyah di Mesir (969-1171 M), dan dinasti Gaznawi di
Afganistan (962-1187 M)
4) Masa Abbasiyah IV (447 H/1055 M -656 H/1258 M )
Masa
ini ditandai dengan ketika kaum Seljuk menguasai dan mengambil alih
pemerintahan Abbasiyah. Masa seljuk berakhir pada tahun 656 H/1258 M,
yaitu ketika tentara mongol menyerang serta menaklukkan Baghdad dan
hampir seluruh dunia Islam terutama bagian timur.
C. Masa Kejayaan Peradaban Bani Abbasiyah
Pada
periode pertama pemerintahan Bani Abbasiyah mencapai masa keemasan,
secara politis para khalifah memang orang-orang yang kuat dan merupakan
pusat kekuasaan politik sekaligus Agama. Disisi lain kemakmuran
masyarakat mencapai tingkat tertinggi. Periode ini juga berhasil
menyiapkan landasan bagi perkembangan Filsafat dan ilmu pengetahan dalam
Islam.
Peradaban
dan kebudayyan Islam berkembang dan tumbuh mencapai kejayaan pada masa
Bani Abbasiyah. Hal tersebut dikarenakan pada masa ini Abbasiyah lebih
menekankan pada perkembangan peradaban dan kebudayaan Islam dari pada
perluasan wilayah. Disinilah letak perbedaan pokok dinasti Abbasiyah
dengan dinasti Umayyah.
Puncak
kejayaan dinasti Abbasiyah terjadi pada masa khalifah Harun Al- Rasyid
(786-809 M) dan anaknya Al-Makmun (813-833 M). Ketika Al-Rasyid
memerintah, negara dalam keadaan makmur, kekayaan melimpah, keamanan
terjamin walaupun ada juga pemberontakan dan luas wilayahnya mulai dari
Afrika Utara sampai ke India.
Lembaga
pendidikan pada masa Bani Abbasiyah mengalami perkembangan dan kemajuan
yang sangat pesat, hal ini sangat ditentukan oleh perkembangan bahasa
Arab, baik sebagai bahasa administrasi yang sudah berlaku sejak Bani
Umayyah, maupun sebagai bahasa pengetahuan, selain itu juga ada dua hal
yang tidak terlepas dari kemajuan ilmu pengetahuan yaitu :
a. Terjadinya
asimilasi antara bahasa Arab dengan bahasa bangsa lain yang telah lebih
dulu mengalami kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan. Pada masa Bani
Abbas, bangsa-bangsa non-Arab banyak yang masuk Islam. Asimilasi
berlangsung secara efektif dan bernilai guna. Bangsa-bagssa itu memberi
saham tertentu bagi perkembangan ilmu pengetahuan dalam Islam. Pengaruh
Persia sangat kuat dalam bidang ilmu pengetahuan. Disamping itu, bangsa
Persia banyak berjasa dalam perkembangan ilmu, filsafat, dan sastra.
Pengaruh India terlihat dari bidang kedokteran, ilmu matematika, dan
astronomi. Sedangkan pengaruh Yunani terlihat dari terjemahan-terjemahan
di berbagai bidang ilmu, terutama Filsafat.
b. Gerakan
penerjemahan berlangsung selama tiga fase. Fase pertama, pada masa
khalifah Al-Mansyur hingga Hasrun Al-Rasyid. Pada fase ini yang banyak
diterjemah adalah buku-buku dibidang ilmu Astronomi dan Mantiq. Fase
kedua terjadi pada masa khalifah Al-Makmun hingga tahun 300 H. Buku-buku
yang banyak diterjemah adalah bidang filsafat, dan kedokteran. Dan pada
fase ketiga berlangsung setelah tahun 300 H, terutama setelah adanya
pembuatan kertas. Selanjutnya bidang-biadang ilmu yang diterjemahkan
semakin meluas.
Di
zaman khalifah Harun al- Rasyid (786-809 H) adalah zaman yang gemilang
bagi Islam. Zaman ini kota baghdad mencapai puncak kemegahannya yang
belum pernah dicapai sebelumnya, Harun sangat cinta pada sastrawan,
ulama, Filosof yang datang dari segala penjuru ke Baghdad. Salah satu
pendukung utama tumbuh pesatnya ilmu pengetahuan tersebut adalah
didirikannya pabrik kertas di Baghdad. Orang Islam pada awalnya membawa
kertas dari Tiongkok, usaha pembuatan kertas erat kaitannya dengan
perkembangan Universitas Islam.
Pabrik
kertas ini memicu pesatnya penyalinan dan pembuatan naskah-naskah,
dimasa itu seluruh buku ditulis tangan. Ilmu cetak muncul pada tahun
1450 M ditemukan oleh gubernur di Jerman. Dikota-kota besar islam muncul
toko-toko buku yang sekaligus juga berfungsi sebagai sarana pendidikan
dan pengajaran non-formal.
Popularitas
Bani Abbasiyah ini juga ditandai dengan kekayaan yang dimanfaatkan oleh
khalifah Al-Rasyid untuk keperluan sosial seperti Rumah sakit, lembaga
pendidikan dokter, dan faramasi didirikan, dan pada masannya telah ada
sekitar 800 orang dokter, selain itu pemandian-pemandian umum didirikan.
Kesejahteraan sosial, kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan serta kesusastraan berada pada zaman keemasannya. Pada zaman
inilah negara Islam menempatkan dirinya sebagai negara terkuat dan tak
tertandingi.
Adapun ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa Bani Abbasiayah adalah sebagai berikut :
Ilmu Kedokteran
Pada
mulanya Ilmu Kedokteran telah ada pada saat Bani Umayyah, ini terbukti
dengan adannya sekolah tinggi kedokteran Yundisapur dan Harran.. Dinasti
Abbasiyah telah banyak melahirkan dokter terkenal diantaranya sebagai
berikut
Hunain
Ibnu Ishaq (804-874 M) terkenal segai dokter yang ahli dibidang mata
dan penerjema buku-buku dari bahasa asing ke bahasa Arab.
Ar-Razi
(809-1036 M) terkenal sebagai dokter yang ahli dibidang penyakit cacar
dan campak. Ia adalah kepala dokter rumah sakit di Baghdad. Buku
karangannya dbidang ilmu kedokteran adalah Al-Ahwi.
Ibnu Sina (980-1036 M), yang karyanya yang terkenal adalah Al-Qanun Fi At-Tibb dan dijadikan sebagai buku pedoman bagi Universitas di Eropa dan negara-negara Islam.
Ibnu Rusyd (520-595 M) terkenal sebagai dokter perintis dibidang penelitian pembuluh darah dan penyakit cacar. Dll.
Ilmu tafsir
Pada masa ini muncul dua alirang yaitu ilmu tafsir Al-matsur dan Tafsir Bir ra'yi,
aliran yang pertama lebih menekan pada ayat-ayat Al-Qur'an dan Hadist
dan pendapat tokoh-tokoh sahabat. Sedangkan aliran tafsir yang kedua
lebih menekan pada logika ( rasio ) dan Nash. Diantara ulama tafsir yang
terkenal pada masa ini adalah Ibnu Jarir al-Thabari (w.310 H) dengan
karangannya jami' al-bayan fi tafsir Al-Qur'an, Al-Baidhawi dengan karangannya Ma'alim al-tanzil, al-Zakhsyari dengan karyanyaal-kassyaf, Ar-Razi(865-925 M) dengan karangannya al-Tafsir al-Kabir, dan lain-lainnya.
Ilmu Hadist
Pada
masa pemerintahan khalifah Umar Bin Abdul Aziz (717-720 M) dari Bani
Umayyah sudah mulai usaha untuk mengumpulkan dan membukukan Hadist. Akan
tetapi perkembangan ilmu hadist yang paling menonjol pada amasa Bani
Abbasiyah, sebab pada masa inilah muncul ulama-ulama hadist yang belum
ada tandingannya sampai sekarang. Diantara yang terkenal ialah Imam
Bukhari (W.256 H) ia telah mampu mangumpulkan sebanyak 7257
Hadist dan setelah diteliti terdapat 4000 hadist Shahih dari yang telah
berhasil dikumpulkan oleh imam Bukhari yang disusun dalam kitabnya
Shahih Bukhari. Imam Muslim ( W. 251 H) terkenal sebagai seorang ulama
hadist dengan bukunya Shahih Muslim, buku karangan imam Bukhari dan Muslim diatas lebih berpengaruh bagi umat Islam dari pada buku-buku hadist lainnya, seperti Sunan Abu Daud oleh Abu Daud ( W.257 H) sunan Al- Turmizi oleh imam Al-Turmizi(W.287 H) Sunan Al-Nasa'i oleh Al-Nasa'i ( W.303 H) dan sunan Ibnu-Majah oleh Imam Ibnu Majah ( W.275 H) keenam buku hadist tersebut lebih dikenal dengan sebutan Al- Kutub Al-Sittah.
Ilmu Kalam
Bukanlah
hal yang berlebihan jika dikatakan pada masa Bani Abbasaiyah merupakan
dasar-dasar Ilmu Fiqh. Ilmu ini disusun oleh ulama-ualama yang terkenal
pada masa itu dan masih besar pengaruhnya sampai sekarang, Diakalangan Ulama Ahlu al-Sunnah wal jamaah. Muncul
Imam Abu Hanifah(810-150 H) yang lebih cendrung memakai akal (rasio)
dan Ijtihad, Imam Malik Bin Anas (93-179 H) yang lebih cendrung memakai
hadist dan menjauhi sampai batas tertentu pemakaian Rasio, Imam Syafi'i
(150-204 H) yang berusaha mengkompromikan aliran Ahl al-Ra'yi, dengan Ahl al-Hadist dalam
Fiqh, dan Imam Ahmad bin Hambal(164-241 H) yang merupakan tokoh aliran
Fiqh yang keras, ketat dan kurang luwes dari aliran-aliaran fiqh yang
lainnya. Buku karang mereka masih dapat kita temukan sampai sekarang
yaitu al-muawatta, al-umm, al-risalah, dan sebagainya.
Ilmu Tashawuf
Dalam
bidang ilmu Tashawuf juga muncul ulama-ulama yang terkenal pada masa
pemerintahn Daulah Bani Abbasiyah. Imam Al-Ghazali sebagai seorang ulama
sufi pada masa Daulah Bani Abbasiyah meninggalkan karyanya yang masih
beredar sampai sekarang yaitu buku Ihya' Al-Din, yang terdiri dari lima jilid. Al-Hallaj (858-922 M) menulis buku tentang Tashawuf yang berjudul Al-Thawasshin, Al-Thusi menulis buku al-lam'u fi al-Tashawuf, Al-Qusyairi (W. 465 H) dengan bukunya al-risalat al-Qusyairiyat fi il'm al-Tashawuf.
Ilmu Matematika
Terjemahan
dari bahasa asing ke bahasa Arab menghasilkan karya dibidang
matematika. Diantara ahli matematika islam yang terkenal adalah
Al-Khawarizmi, adalah seorang pengarang kitab Al-Jabar wal Muqabalah (ilmu
hitung) dan penemu angka Nol. Tokoh lainnya adalah Abu Al-Wafa Muhammad
Bin Muhammad Bin Ismail Bin Al-Abbas terkenal sebagi ahli ilmu
matematika.
Ilmu Farmasi
Diantara ahli farmasi pada masa Bani Abbasiyah adalah Ibnu Baithar, karyanya yang terkenal adalah Al-Mughni (berisi tentang obat-obatan), jami' al-mufradat al-adawiyah (berisi tentang obat-obatan dan makanan bergizi).
Dan
masih banyak lagi ilmu yang berkembang pada masa Bani Abbasiyah
berkuasa, hal ini terlihat bahwa saat Khalifah Al-Mustansir (1226-1242
M) memerintah ia mendirikan Universitas Mustansiriah di Baghdad yang
dapat dibanggakan karena telah mampu melampaui Universitas di Eropa.
Mereke mempunyai Fakultas-fakultas yang sempurna, mahaguru digaji
berdasarkan banyak mahasiswa yang terdapat dalam Fakultasnya, setiap
Mahasiswa dan Mahaguru mendapatkan satu dinar emas setiap bulannya, dan
rata-rata setiap Fakultas tidak ada yang kurang dari 3000 Mahasiswa
didalamnya. Setiap Mahasiswa boleh makan ke dapur umum Mahasiswa dengan
Cuma-Cuma, sebuah perpustakaan besar terdapat dalam Universitas itu.
Setiap mahasiswa yang berkeinginan menyalin buku-buku atau ingin
menyusun buku baru, ada sebuah kantor yang mengurus persediaan kertas,
pena dan tinta untuk keperluan itu. Disamping Universitas dibangun
sebuah rumah sakit untuk mahasiswa diperiksa kesehatannya, hal inilah
yang menyebabakan berbagai Universitas di Eropa mengambil contoh pada
Universitas Mustansiriah itu.
D. Faktor-Faktor Yang Menyebabkan Kemunduran Bani Abbasiyah
Menurut W. Montgomery, bahwa beberapa faktor penyebab kemunduran Bani Abbasiyah adalah :
1. Luasnya
wilayah kekuasaan Bani Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan
daerah sulit dilakukan. Bersamaan dengan itu, tingkat saling percaya
antara penguasa dan pelaksana pemerintah sudah sangat rendah.
2. Dengan profesionalisasi angkatan bersenjata, ketergantungan khalifah kepada mereka sangat tinggi.
3. Keuangan
negara sangat sulit karena biaya yang dikeluarkan untuk tentara bayaran
sangat besar. Pada saat iu kekuatan militer menurun, khalifah tidak
sanggup memaksa pengiriman pajak ke Baghdad.
Sedangkan menurut Dr. Badri Yatim, M. A diantara hal yang menyebabkan kemunduran Daulah Bani Abbasiayah Adalah :
1. Persaingan antar bangsa
Khalifah
Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang
Persia, persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib pada saat
pemerintahan Bani Umayyah, keduanya sama-sama tertindas. Setelah dinasti
Abbasiyah berdiri Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu. Pada
masa ini persaingan antar bangsa menjadi pemicu untuk saling berkuasa.
Kecendrungan masing-masing bangsa untuk berkusa telah dirasakan sejak
awal pemerintahan Bani Abbas.
2. Kemerosotan Ekonomi
Khalifah
Abbasiyah juga mengalami kemerosotan Ekonomi bersamaan dengan
Kemunduran dibidang Politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani
Abbasiyah merupakan pemerintahan yang kaya, dan keuangan yang masuk
lebih besar dari pada yang keluar, sehingga Baitul Mal penuh dengan
Harta. Setelah khalifah mengalami periode kemunduran , pendapatan negara
menurun, dengan demikian terjadi kemerosotan ekonomi.
3. Konflik Keagamaan
Fanatisme
keagamaan berkaitan erat dengan masalah kebangsaan. Pada periode
Abbasiyah , konflik keagamaan yang muncul menjadi isu sentra sehingga
terjadi perpecahan. Berbagai Aliran keagaam seperti Mu'tazillah, Syi'ah,
Ahlus sunnah, dan kelompok-kelompok lainnya menjadikan pemerintahan
Abbasiyah mengalami kesulitan untuk mempersatukan berbagai faham
keagamaan yang ada.
4. Perang Salib
Perang
salib merupakan sebab dari eksternal ummat Islam. Pernag salib yang
terjadi beberapa gelombang banyak menelan korban. Konsentrasi dan
perhatian Bani Abbasiyah terpecah belah untuk menghadapi tentara salib
sehingga memunculkan kelemahan-kelemahan.
5. Serangan Bangsa Mongol
Serangan
tentara mongol ke wilayah Islam menyebabkan kekuatan Islam menjadi
lemah, apalagi serangan Hulagu Khan dengan pasukan Mongol yang biadab
menyebabkan kekuasaan Abbasiyah menjadi lemah dan akhirnya menyerah pada
kekuatan Mongol.
E. Masa Akhir Kekuasaan Bani Abbasiyah
Akhir
dari kekuasaan Bani Abbasiyah adalah saat Baghdad dihancurkan oleh
pasukan Mongol yang dipimpin oleh Hulagu Khan (656 H/1258 M). Ia adalah
saudara dari Kubilay Khan yang berkuasa di Cina sampai ke Asia Tenggara,
dan saudaranya Mongke Khan yang menugaskannya untuk mengembalikan
wilayah-wilayah sebelah barat dari Cina kepangkuannya. Baghdad
dihancurkan dan diratakan dengan tanah. Pada mulanya Hulagu Khan
mengirim suatu tawaran kepada Khalifah Bani Abbasiyah yang terakhir
Al-Mu'tashim billah untuk bekerja sama menghancurkan gerakan Assassin.
Tawaran tersebut tidak dipenuhi oleh khalifah. Oleh karena itu timbullah
kemarahan dari pihak Hulagu Khan. Pada bulan september 1257 M, Khulagu
Khan melakukan penjarahan terhadap daerah Khurasan, dan mengadakan
penyerangan didaerah itu. Khulagu Khan memberikan ultimatum kepada
khalifah untuk menyerah, namun khalifah tidak mau menyerah dan pada
tanggal 17 Januari 1258 M tentara Mongol melakukan penyerangan.
Pada
waktu penghancuran kota Baghdad, khalifah dan keluarganya dibunuh
disuatu daerah dekat Baghdad sehingga berakhirlah Bani Abbasiyah.
Penaklukan itu hanya membutuhkan beberapa hari saja, tentara Mongol
tidak hanya menghancurkan kota Baghdad tetapi mereka juga menghancurkan
peradaban ummat Islam yang berupa buku-buku yang terkumpul di Baitul
Hikmah hasil karya ummat Islam yang tak ternilai harganya. Buku-buku itu
dibakar dan dibuang ke sunagi Tigris sehingga berubah warna air sungai
tersebut, dari yang jernih menjadi hitam kelam karena lunturan air tinta
dari buku-buku tersebut.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Bani
Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat Islam yang merupakan masa
keemasan dan kejayaan dari peradaban ummat Islam yang pernah ada. Pada
masa Bani Abbasiyah kekayaan negara melimpah ruah dan kesejahteraan
rakyat sangat tinggi. Pusat peradaban Islam mengalami kemajuan yang
pesat sehingga pada masa ini banyak muncul para tokoh ilmuan dari
kalangan Ummat Islam, baik itu ilmu pengatuhan yang bersifat umum
seperti ilmu kedokteran yang telah mencetak dokter seperti Ibnu Sina,
Ibnu Rusyd dan lain-lainnya, sehingga pada masa ini telah ada lebih dari
800 dokter yang berada di kota Baghdad. Dalam bidang matematika
melahirkan ilmuan bernama Al-Khawarizmi yang merupakan penemu angka Nol.
Demikian juga dari biang ilmu agama, adanya perkembangan ilmu tafsir,
ilmu kalam, filsafat Islam, dan ilmu tashauf, yang juga melairkan
tokoh-tokoh dibidang ilmu masing-masing. Pada masa pemerintahan khalifah
Harun Al-rasyid kesejahteraan ummat sangat terjamin, karena pada masa
inilah puncak dari kejayaan Bani Abbasiyah, pembangunan dilakukan
dimana-mana, baik pembangunan rumah sakit, irigasi, dan
pemandian-pemandian umum.
Namun
diakhir pemerintahan Khalifah Bani Abbasiyah, Islam mengalami
keterpurukan yang sangat parah. Hal ini disebabkan dari serangan tentara
Mongol yang telah mengahncurkan pusat peradaban Ummat Islam di Baghdad
dan mengahancurkan Pusat ilmu pengetahuan yaitu Baitul Hikmah, yang
berisi buku-buku karangan pakar ilmu ummat Islam yang tak ternilai
harganya.
DAFTAR PUSTAKA
- Drs. Amin, Samsul Munir,M. A, Sejarah Peradaban Islam, Jakarta : Amzah, 2009
- Prof. Dr. H. Harun, Maidir dan Drs. Firdaus, M. Ag, Sejarah Peradaban Islam jilid II, Padang : IAIN-IB Press, 2001
- Dra. Hj. Ismail, Chadijah, sejarah pendidikan Islam, Padang : IAIN-IB Press, 1999
- Wahid, N. Abbas dan Suratno, Khazanah Sejarah Kebudaan Islam, Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009
- Dr. Yatim,Badri, M. A, Sejarah Peradaban Islam ( Dirasah Islamiyah II ), Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 1993
- Drs. Samsul Munir Amin, M.A, sejarah peradaban islam ( Jakarta : Amzah, 2009) hal 138
- Prof. Dr. H. Maidir Harun dan Drs. Firdaus, M. Ag, sejarah peradaban islam jilid II ( Padang : IAIN-IB Press, 2001 ) hal 1
- Prof. Dr. H. Maidir Harun dan Drs. Firdaus, op.cit, hal 4-8
- Drs. Samsul Munir Amin, M. A, op.cit, hal 141
- N. Abbas Wahid dan Suratno, Khazanah Sejarah Kebudayyan Islam (Solo : PT. Tiga Serangkai Pustaka Mandiri, 2009)
- Drs. Samsul Munir Amin, M. A, op.cit, hal 145-146
- Dra. Hj. Chadijah Ismail,sejarah pendidikan Islam ( Padang : IAIN-IB Press,1999) hal 41
- Dr. Badri Yatim, op.cit, hal 52-53
- Prof. Dr. H. Maidir Harun dan Drs. Firdaus, op.cit, hal 25
- N. Abbas Wahid dan Suratno, op.cit, hal 50
- Prof. Dr. H. Maidir Harun dan Drs. Firdaus, op.cit, hal 20-24
- Drs. Samsul Munir Amin, op.cit, hal 150-151
- Dra. Hj. Chadijah Ismail, op.cit, hal 45-46
- Drs. Samsul Munir Amin, M. A, op.cit, hal 155
- Dr. Badri Yatim, M. A, op.cit, hal 80-85
- Prof. Dr. H. Maidir Harun dan Drs. Firdaus, M. Ag, op.cit, hal 59- 60
- Dr. Samsul Munir Amin, M. A, op.cit, hal 156-157
Tidak ada komentar:
Posting Komentar